Kelompok mitra pengemudi ojek daring menuding perusahaan penyedia aplikasi (aplikator) banyak menerapkan sistem tarif predator.
"Kami melihat tarif terlalu rendah dan promo terlalu banyak dari aplikator. Ini kan tindakan 'predatory pricing' dan bisa mematikan angkutan alternatif lain," kata Presidium Gerakan Aksi Roda Dua (GARDA) Igun Wicaksana kepada pers di Jakarta, Kamis (8/11).
Igun memberikan contoh, salah satu promo yang paling fantastis adalah penerapan ongkos Rp 1 yang dilakukan oleh Grab.
Oleh karena itu, dia menilai penerapan harga terlalu rendah dari salah satu aplikator, dalam hal ini Grab, membuat iklim bisnis menjadi tidak sehat.
Ongkos yang terlalu murah, menurutnya untuk konsumen akan memicu perang tarif, yang akhirnya lebih banyak merugikan mitra pengemudi.
"Perang tarif bisa membuat tarif terus menukik lebih tajam. Akhirnya yang dikorbankan adalah pengemudi, karena dipaksa kerja lebih ekstra," ujar Igun.
Selama ini, Igun melanjutkan, mitra pengemudi Grab Bike terpaksa harus menempuh kilometer lebih jauh, dan jam kerja lebih lama untuk mendapatkan penghasilan harian yang memadai.
Akibatnya, berdampak pada penurunan kualitas pelayanan, keselamatan, dan keamanan para mitra pengemudi.
Aksi unjuk rasa para driver Grab di Lapangan Denggung, Sleman, Senin (30/07/2018) Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Paguyuban Grab DIY Gelar Aksi Protes '307' di Lapangan Denggung Sleman,
Akibatnya, berdampak pada penurunan kualitas pelayanan, keselamatan, dan keamanan para mitra pengemudi.
"Faktor ini menyebabkan tingginya kemungkinan kecelakaan karena kelelahan dan akhirnya juga berdampak pada pengguna," ujarnya.
Heri Sutadi, pengamat transportasi dari Information Communication Technology (ICT) Institute, sependapat dengan Igun.
"Pengemudi kan juga manusia. Jadi, aspek-aspek ekonomi dan pendapatan perlu perhatian serius. Sebab, ada pihak yang merasa mendapatkan perlakuan tidak adil secara bisnis, yakni para pengemudi," tuturnya.
"Pengemudi kan juga manusia. Jadi, aspek-aspek ekonomi dan pendapatan perlu perhatian serius. Sebab, ada pihak yang merasa mendapatkan perlakuan tidak adil secara bisnis, yakni para pengemudi," tuturnya.
0 komentar:
Posting Komentar